Sabtu, 30 April 2016

Resensi Titian Kejahatan

Judul Buku                : Titian Kejahatan (Terjemahan)
Penulis                        : Robert Galbraith
Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit             : 2016
Jumlah Halaman       : 552
ISBN                           : 978-602-03-2636-8

Sekitar 20 April lalu, saya melihat kiriman Gramedia Pustaka Utama muncul di kolom umpan di facebook. Sudah lama saya menyukai halaman itu, saya pikir sangat berguna untuk mendapatkan informasi buku-buku terbaru GPU serta harganya. Sangat berharap tidak ketinggalan berita tentang serial Cormoran Strike. Namun, apa boleh buat saya terkejut setengah mati melihat kiriman itu, pasalnya isi kiriman itu informasi lomba resensi yang diadakan Gramedia Pustaka Utama. Yang pertama kali membuat saya terkejut bukan tanda tangan Robert Galbraith, melainkan seri ketiga yang muncul di sana bersama seri pertama dan kedua. Wah, saya ketinggalan berita.
            Kejutan kedua datang dari tanda tangan Robert Galbraith, dalam hati saya berteriak, “Aku mau.” Dengan itu, saya membuat resensi seri pertama dan seri kedua, supaya bisa ikut lomba. Pada 25 April, hari Senin, sepulang dari acara judisium teman sekampus, saya pun mampir di Gramedia Gadjah Mada, Medan, tanpa melihat-lihat seperti biasa, langsung saja mengambil Career of Evil dari rak, membayarnya, lalu pulang dengan tergesa-gesa.
            Di angkutan kota, saya membaca sinopsisnya. Beginilah isi sinopsis itu:
            “Sebuah paket misterius dikirim kepada Robin Ellacot, dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan potongan tungkai wanita di dalamnya.
            Atasan Robin, detektif partikelir Cormoran Strike, mencurigai empat orang dari masa lalunya yang mungkin bertanggung jawab atas kiriman mengerikan itu—empat orang yang sanggup melakukan tindakan brutal.
            Tatkala polisi mengejar satu tersangka pelaku yang menurut Strike justru paling kecil kemungkinannya, dia dan Robin melakukan penyelidikan sendiri dan terjun ke dunia kelam tempat ketiga tersangka yang lain berada. Namun, waktu kian memburu mereka, sementara si pembunuh kejam kembali melaukan aksi-aksi mengerikan.”
            Ketika semakin dalam saya memasuki novel ini, saya semakin tercengang dengan peralihan J.K. Rowling yang sangat terkenal dengan novel Harry Potter-nya yang penuh imajinasi dan begitu pantas untuk anak di bawah umur. Sangat berbeda dengan novel kriminal yang sekarang berdiri manis di rak meja belajar saya.
            Career of Evil bisa dibilang lebih ganas daripada pembunuhan brutal sebelumnya dalam Ulat Sutra. Tersangka dalam seri ini lebih sedikit daripada sebelumnya yang jumlahnya lebih dari tujuh orang. Motif pelaku kriminal kali ini sudah jelas sejak awal, yaitu dendam, berbeda dari seri-seri sebelumnya. Belum lagi, Cormoran Strike, si detektif partikelir sendiri yang terlibat, menjadi objek balas dendam pelaku.
            Kiriman tungkai wanita ke kantor Strike, ditujukan secara khusus pada Robin adalah awal pembalasan dendam pelaku. Strike kehilangan banyak klien karena berita “tungkai wanita” menyusup ke koran harian. Para pengguna jasa Strike menganggap biro detektif, yang susah payah dibangun Strike, sedang bermasalah.
            Itulah kesulitan yang mesti dihadapi Strike, menyelidiki kasus balas dendam dengan dana minim, hanya tersisa dua klien yang siap membayar jasanya. Pada seri sebelumnya, misteri lebih mendominasi daripada kriminal. Namun kali ini, antara misteri dan kriminal bisa dibilang seimbang, tidak ada yang mendominasi.
            Tindak kriminal itu diperlihatkan dari banyaknya korban dalam novel ini, ada empat orang yang salah satunya merupakan gadis pemilik tungkai. Misteri yang tersisa hanya dugaan pada tiga tersangka, karena dalam setiap pernyataan, jelas dikatakan Strike yakin tersangka yang pertama kali muncul dalam benaknya bukanlah orang itu. Tetapi, siapa yang tahu? Bisa saja itu tipuan.
            Saya sangat bersemangat, Galbraith mengajak saya ke Skotlandia, kita ke sana naik kereta dari London, singgah ke kantor Hardy untuk meminjam mobil dan sedikit mencuri informasi, lalu pergi ke Melrose. Di sana pulalah, masa lalu Strike dikisahkan, terlibat dalam penjeblosan Donald Laing, salah satu tersangka, ke penjara, karena penganiayaan. Laing adalah tokoh yang kelihatannya memiliki dendam paling besar kepada Strike. Tetapi, siapa yang tahu dia pelaku itu atau bukan?
            Lagi dan lagi, saya harus mengatakan ini berulang kali, saya terpukau dengan cara Galbraith mendeskripsikan tempat-tempat yang muncul dalam novel ini. Cara kerjanya sangat keren, pada bagian ucapan terima kasih, saya tahu dia mengunjungi Cabang Investigasi Khusus di Edinburgh. Jadi, detil-detil tempat dalam novel ini bukan sekadar ingatan yang meraba-raba di mana sering kali terdapat penambahan-penambahan yang tidak nyata.
            Pada seri inilah, saya merasa Galbraith telah menegaskan karakter Strike, pria misterius yang bekerja karena gairah, tidak berhenti meskipun banyak orang di luar sana yang menumpuk dendam akibat pekerjaannya. Tetapi, kehadiran ibu Rhona, Mrs. Bunyan di Melrose yang dipenuhi rasa terimakasih kepada Strike karena telah menyelamatkan putrinya, menegaskan sosok Strike yang heroik.
            Dengan senang hati saya mengatakan, “Selamat datang Cormoran Strike, pahlawan abad dua puluh satu yang menangkap penjahat dengan cara melemparkan bukti-bukti kejahatan di depan publik.”
            Biasanya novel terjemahan tidak memiliki kata-kata yang tidak baku. Namun, dalam serial Cormoran Strike ada beberapa yang tidak baku. Menurut saya itu bukan hal yang buruk, justru sangat bagus, karena orang London pun mengenal yang namanya bahasa rakyat biasa, dan juga bahasa sehari-hari, berbeda dari bahasa resmi yang biasa digunakan dalam acara-acara resmi. Jadi, sangat pas bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang tidak baku juga. Supaya perbedaan diksi di antara para tokoh jelas terlihat.
            “Terimakasih deh, buat Mbak Siska Yuanita atas terjemahannya. Dan untuk GPU, terimakasih sudah diterbitkan novel ini.”

            Tidak sabar membaca seri berikutnya. Sangat beraharap memegang The Silkworn yang ditandatangani Galbraith.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar